Jumat, 05 Agustus 2011

RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DI BULAN RAMADHAN



RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DI BULAN RAMADHAN

Oleh
Syaikh Dr Muhammad Musa Alu Nashr


Tamu agung nan penuh barakah akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang, hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum Muslimin. Leher memanjang dan mata nanar memandang sementara hati berdegup kencang menunggu kapan gerangan hilalnya terbit.

Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin.

Kemuliaanya diabadikan dalam al-Qur'ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allâh Azza wa Jalla menjadikannya sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza wa Jalla berfirman

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)".[al-Baqarah/2:185]

Jiwa yang terpenuhi dengan keimanan tentu akan segera mempersiapkan diri untuk meraih keutamaan serta keberkahan yang yang ada didalamnya.

Pada bulan ini Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur'ân. Seandainya bulan Ramadhan tidak memiliki keutamaan lain selain turunnya al-Qur'ân maka itu sudah lebih dari cukup. Lalu bagaimana bila ditambah lagi dengan berbagai keutamaan lainnya, seperti pengampunan dosa, peninggian derajat kaum Mukminin, pahala semua kebaikan dilipatgandakan, dan pada setiap malam Ramadhan, Allah Azza wa Jalla membebaskan banyak jiwa dari api neraka.

Pada bulan mulia ini, pintu-pintu Surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, setan-setan juga dibelenggu. Pada bulan ini juga ada dua malaikat yang turun dan berseru, "Wahai para pencari kebaikan, sambutlah ! Wahai para pencari kejelekan, berhentilah !"

Pada bulan Ramadhân terdapat satu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Orang yang tidak mendapatkannya berarti dia terhalang dari kebaikan yang sangat banyak.

Mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia dalam melakukan ketaatan adalah hal yang sangat urgen, terlebih pada bulan Ramadhan. Karena amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dia ikhlash dan mengikuti petunjuk Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jadi, keduanya merupakan rukun diterimanya amal shalih. Keduanya ibarat dua sayap yang saling melengkapi. Seekor burung tidak bisa terbang dengan menggunakan satu sayap.

Melalui naskah ringkas ini, marilah kita berusaha untuk mempelajari prilaku Rasûlullâh di bulan Ramadhân agar kita bisa meneladaninya. Karena orang yang tidak berada diatas petunjuk Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam di dunia dia tidak akan bisa bersama beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di akhirat. Kebahagiaan tertinggi akan bisa diraih oleh seseorang ketika ia mengikuti petunjuk Rasûlullâh secara lahir dan batin. Dan seseorang tidak akan bisa mengikuti Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali dengan ilmu yang bermanfaat. Ilmu itu tidak akan disebut bermanfaat kecuali bila diiringi dengan amalan yang shalih. Jadi amalan shalih merupakan buah ilmu yang bermanfaat.

Dibawah ini adalah beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhân :

a). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan memulai puasa kecuali jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya'bân menjadi tiga puluh.

b). Berita tentang terbitnya hilal tetap beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima.

c). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang umatnya mengawali Ramadhân dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, beliau n melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih tanggal 30 Sya'bân-red)

d). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam berniat untuk melakukan puasa saat malam sebelum terbit fajar dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh umatnya untuk melakukan hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk puasa sunat.

e). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

"Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar". [al-Baqarah/2:187]

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada umatnya bahwa fajar itu ada dua macam fajar shâdiq dan kâdzib. Fajar kadzib tidak menghalangi seseorang untuk makan, minum, atau menggauli istri. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah ekstrem kepada umatnya, baik pada bulan Ramadhân ataupun bulan lainnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mensyari'atkan adzan (pemberitahuan) tentang imsak.

f). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

"Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka"

g). Jarak antara sahur Rasûlullâh dan iqâmah seukuran bacaan lima puluh ayat

h). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah al-Qur'ân, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu 'anha. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah berpuasa. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka tidak membutuhkan puasanya sama sekali".

i). Rasûlullâh sangat memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan Ramadhân, kebaikan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada keluarga semakin meningkat lagi.

j). Puasa tidak menghalangi beliau untuk sekedar memberikan kecupan manis kepada para istrinya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.

k). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadhân maupun diluar Ramadhân guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allâh Azza wa Jalla.

l). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berbekam padahal beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang menunaikan ibadah puasa. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang berpuasa. Pendapat yang kontra dengan ini berarti mansukh (telah dihapus).

m). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berjihad pada bulan Ramadhân dan menyuruh para shahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan dengan musuh.

Diantara bukti Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam sayang kepada umatnya yaitu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan oranng yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan puasanya.

n). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân untuk mencari lailatul qadr.

o). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân kecuali pada tahun menjelang wafat, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf selama dua puluh hari. Ketika beri'tikaf, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu dalam keadaan berpuasa

p). Ramadhân adalah syahrul Qur'ân (bulan al-Qur'ân), sehingga tadarus al-Qur'ân menjadi rutinitas beliau, bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh-sungguhan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam tadarus al-Qur'ân. Malaikat Jibril Alaihissallam senantiasa datang menemui beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk tadarus al-Qur'ân dengan Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam.

q). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadhân tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ibarat angin yang bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali.

r). Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam jalankan tidak menyurutkan semangat beliau untuk andil dalam berbagai peperangan. Dalam rentang waktu sembilan tahun, beliau mengikuti enam pertempuran, semuanya terjadi pada bulan Ramadhân. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melakukan berbagai kegiatan fisik pada bulan Ramadhân, seperti penghancuran masjid dhirâr [1], penghancuran berhala-berhala milik orang Arab, penyambutan duta-duta, penaklukan kota Makkah, bahkan pernikahan beliau dengan Hafshah

Intinya, pada masa hidup Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, bulan Ramadhân merupakan bulan yang penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan. Ini sangat berbeda dengan realita sebagian kaum Muslimin saat ini yang memandang bulan Ramadhân sebagai saat bersantai, malas-malasan atau bahkan bulan menganggur atau istirahat.

Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, hidup kita diatas sunnah dan semoga Allah Azza wa Jalla mewafatkan kita juga dalam keadaan mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]

“ JANGAN LUPA “

 

“ JANGAN  LUPA “

Di Zaman modern dan canggih inimasih saja banyak yang lupa, ini sangat berbahaya apa lagi kita selaku umat Islam terbesar di dunia yang sungguh luar biasa. Akan tetapi dengan keluarbiasaannya, hampir sebagian besar mereka banyak yang lupa terutama lupa daratan, lupa iman, lupa anak istri bahkan lupa dengan mana yang halal dan haram. 

Saking lupanya, tidak terasa kita sudah berada di bulan sya’ban, dan pastinya kita juga akan memasuki bulan Ramadhan, di bulan ramadhan ini biasanya kita tidak lupa dengan anak – anak kita, karena sudah biasa mereka minta dibelikan baju, celana, sepatu, sandal, dan lain sebagainya untuk perlengkapan hari raya ( Lebaran ).

Kenapa sebagian besar umat islam banyak yang lupa ….? Berbagai macam jawaban di kemukakan ada yang menjawab bahwa lupa adalah merupakan rahmat dari Allah SWT, ada pula yang menjawab terlalu sibuk dengan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, terlalu banyak makan, terlalu banyak minum, mungkin sebagian lagi yang mempunyai kebiasaan main judi, dan lain sebagainya, itu semua membuat sebagian umat islam sering lupa.

Jadi bagaimana untuk mengatasi masalah “LUPA” ini, oleh karena itu mari kita sambut dengan baik  datangnya bulan suci ramadhan dan buang sifat LUPA itu dengan banyak bersodaqoh, zikir, sholat, sholawat, membayar zakat fitrah, zakat maal, banyak berpuasa, silaturahim, banyak menuntut ilmu, serta masih banyak lagi pekerjaan yang baik yang harus dikerjakan.

Mari kita sepakati bersama bahwa kata “ LUPA “ kita ganti menjadi “ INGAT “ insya Allah segala urusan akan terselesaikan.

Adapun orang – orang yang masih lupa terhadap kewajibannya di antara lain : belum melunasi hutang seperti iuran SPP bulanan, daftar ulang, membayar tagihan telpon, PAM, PLN, Zakat Fitrah, dan masih banyak lagi yang harus kita lunasi.

Guna mengatasi itu semua Yayasan Bahrul Ulum Ash – Sholihin Kebon Jeruk melalui PROPOSAL ini kami mohon bantuannya agar dapat melunasi segala kekurangan baik sarana maupun prasarana yang sangat dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang, diantaranya :
1.     
            Daftar ulang bagi para santri dan santriawati baik yang dipanti maupun non panti
2.       Membayar uang SPP yang masih ada tunggakkan
3.  Melunasi biaya administrasi pendaftaran siswa baru tahun ajaran 2011/2012 baik dari tingkat MI/SMP/SMA/SMK/MA dan Perguruan Tinggi
4.       Membayar tunggakan telepon, PAN dan PLN
5.       Membayar honor guru, staff dan karyawan dan karyawati
6.       Menambah sarana dan prasarana, dll
7.       Mengisi kegiatan ramadhan
8.       Memperingati HUT RI ke 66 dan malam Nuzulul Qur’an
Realisasi dari kata “LUPA” yang kita ganti dengan kata “INGAT” adalah mari kita ingat terlebih dulu 6 pertanyaan ini …?   
1.       Apa yang paling jauh di muka bumi ini …?
2.       Apa yang paling dekat di dunia ini …?
3.       Apa yang paling ringan di dunia ini …?
4.       Apa yang paling berat di dunia ini …?
5.       Apa yang paling tajam di dunia ini …?
6.       Apa yang paling manis di dunia ini …?
Adapun maksud dan tujuan proposal ini agar kami dapat bantuan baik Moril maupun Materil, Sandang Pangan Papan, serta Sarana dan Prasarana, diperkirakan sesuai kebutuhan terlampir.
Perlu Bapak / Ibu ingat Yayasan Bahrul Ulum Pantang meminta apa bila masih sanggup mengatasi, akan tetapi bila kami tidak sanggup untuk menanggulanginya kepada siapa saja kami mohon bantuan.
Dibulan Ramadhan yang suci ini, mari kita sama – sama saling tolong menolong kepada mereka, dengan mengeluarkan harta kita yang kotor supaya suci bersih, dengan zakat fitrah, zakat maal, zakat tizaroh, sodakoh, amal jariah, dan lainnya. Perlu di ingat lagi bahwa kami membuat proposal ini kami sangat membutuhkan bantuan. Dan saya selalu ingat bahwa tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah.

Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnya, kami berharap dapat terbantu. Dan tak lupa kami ucapkan “ Selamat Menunaikan Ibadah Puasa “ dan dengan mendahului kami ucapkan pula “ Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin “.
Atas kerjasama dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.
                                                                                                                             Jakarta,  1 Agustus 2011
                                                                                                                                  1  Ramadhan 1432 H
                                                                                                          Yayasan Bahrul Ulum Ash – Sholihin




                                                                                                                     Drs. H.M. Syamsul Bahri


Sumbangan dapat disalurkan melalui :

1.       BANK MANDIRI                  : No. Rek. 101.00.0577460.7 a/n : Moh. Syamsul Bahri
2.       BANK BCA                          : No. Rek. 2291377710 a/n : Moh. Syamsul Bahri
3.       BANK DKI                           : No. Rek. 411.11.01381.9 a/n : Yayasan Bahrul Ulum
4.       BANK BUKOPIN                 : No. Rek. 0702009712 a/n : Mohammad Syamsul Bahri

5.    Dapat di antar langsung ke sekretariat YAYASAN BAHRUL ULUM ASH – SHOLIHIN KEBON JERUK JAKARTA BARAT di alamat : Jl. KH. Thohir Rt.001/07 No.6 Kp. Baru Sukabumi Selatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. No. Telp/HP : 021-5331104 / 085233349727 / 087882971859
6.       Bisa juga di jemput dengan alamat yang jelas.




PANTI ASUHAN YATIM PIATU ASH – SHOLIHIN
Jl. KH. Thohir Rt.001/07 No.6 Kp. Baru Sukabumi Selatan Kebon Jeruk Jakarta Barat
Telp. 021 – 5331104 HP. 085233347927/087882971859
 


J A N G A N   L U P A

NIAT PUASA RAMADHAN


 
Saya niat puasa esok hari, untuk menunaikan puasa ramadhan tahun ini karena Alloh Ta’ala “

DO’A BUKA PUASA



 
“ Ya Alloh, karena Engkau aku berpuasa, kepada Engkau aku beriman dan dengan rizki pemberian Engkau aku berbuka, dengan rahmat Engkau wahai zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang “

NIAT MENYERAHKAN ZAKAT FITRAH

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

“ Aku niat mengeluarkan zakat fitrah, untuk diri saya karena kewajiban dari Alloh Ta’ala “

DO’A MENERIMA ZAKAT

“ Mudah – mudahan Allah memberi pahala atas apa yang Engkau berikan, memberikan berkah atas apa yang masih ada di tanganMu dan menjadikannya sebagai pembersih bagiMu “





FORMULIR UNDANGAN BUKA PUASA/SAHUR BERSAMA



Dari Keluarga Bapak/Ibu/Kantor/Rumah    : …………………………………………………………………………
Alamat                                                    : …………………………………………………………………………
                                                                   …………………………………………………………………………
Mohon hadir pada / Hari / Tanggal    : …………………………………………………………………………
Dalam Acara                                          : Buka Puasa / Sahur Bersama
Jumlah Undangan                                :  Laki-laki ….. orang dan Perempuan ….. Orang = ….. orang
Tempat                                                    : …………………………………………………………………………
Keluarga yang dapat dihubungi        : Nama           : ……………………….. No. Tlp./HP …………………………….


                                                                                                                                                Jakarta,     Agustus 2011

   Yang Mengundang                                                                                                                       Yang Menerima
                                                                                                                                                     Panitia Ramadhan


 ( ……………………… )                                                                                                             ( ……………………… )